Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat langkah dalam menekan angka stunting dengan mengusung konsep smart city yang berpadu dengan semangat gotong royong warga.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan memaparkan, strategi dan inovasi yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta, lembaga zakat, hingga masyarakat di tingkat kecamatan dan kelurahan.
“Permasalahan stunting ini bukan masalah biasa, melainkan sudah sistemik. Karena itu, kita butuh langkah bersama, dengan strategi yang tepat dan terukur,” kata Farhan di Balai Kota Bandung, Kamis 15 Agustus 2025.
Berdasarkan data, jumlah keluarga berisiko stunting di Kota Bandung masih tinggi, yakni 29.474 keluarga atau sekitar 30 persen dari total keluarga. Prevalensi stunting juga mengalami kenaikan dari 16,3 persen (SKI 2023) menjadi 22,8 persen (SSGI 2024).
Untuk mengatasinya, Pemkot Bandung membagi percepatan penurunan stunting ke dalam empat alur utama. Pertama, inovasi berbasis pangan, ekonomi, dan perilaku. Kedua, penguatan mutu program, konektivitas, dan daya ungkit.
Ketiga, digitalisasi melalui dashboard e-Penting. Terakhir, manajemen lokus di tingkat kecamatan, kelurahan, dan keluarga.
“Dengan dashboard ini, kita bisa memetakan sebaran kasus stunting, memonitor aksi konvergensi, dan memastikan intervensi tepat sasaran,” jelas Farhan.
Sejumlah program kolaboratif pun dijalankan, seperti Rembug Stunting untuk memperkuat komitmen zero new stunting, program Bapak Asuh Stunting bersama sejumlah kolaborator, hingga pemberian PMT melalui kolaborasi Dinas Kesehatan dan Kampung KB.
Selain itu, ada juga pemanfaatan pekarangan melalui program Buruan SAE dan pembagian pangan untuk wilayah rawan stunting lewat program Pangersa (dulunya bernama Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan atau PIPPK) menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan keluarga.
Inovasi lokal di tingkat kecamatan semakin memperkaya upaya ini, di antaranya Omaba (Ojek Makan Balita), Bursa Ting-Ting, Ngabanting (Ngajaga Balita, Ulah Stunting), Katel Besi (Kolaborasi Hotel Bebaskan Stunting), Gerakan Sedekah Satu Telur, dan Bening (Berenang Gratis untuk balita).
“Di Bandung, tidak akan pernah ada kompetisi. Kita semua sedang berkolaborasi untuk masa depan generasi emas,” tegas Farhan.
Dengan dukungan berbagai pihak, Pemkot Bandung optimis langkah berbasis teknologi dan gotong royong ini mampu menurunkan prevalensi stunting di tahun 2025.(ray)