BERITA UMUM

SMPN 43 Bandung Gelar “Nyeni di Sakola”

Bandung, 31 Oktober 2024 – Sekolah Menengah Pertama Negeri 43 Bandung menggelar kegiatan seni yang bertujuan untuk mengembangkan bakat siswa sekaligus melestarikan budaya lokal. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.

Acara yang diadakan pada tanggal 31 Oktober 2024 ini dibuka dengan meriah oleh Kepala Sekolah SMPN 43 Bandung Asep Ramdani, S.S,. M.Hum. Selain itu acara ini, dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bapak Arief Syaifudin, SH, M.Par., guru, dan siswa SMPN 43 Bandung. Kegiatan meliputi berbagai jenis seni, seperti tari, karawitan, pencak silat, dan yang paling ditunggu kesenian longser serta reak. Penampilan ini tentunya memberikan wadah untuk menunjukkan kreativitas siswa-siswa SMPN 43 Bandung.

Selaras dengan hal tersebut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Bapak Arief Syaifudin, SH, M.Par., mengatakan “Acara ini mengajak generasi muda untuk mencintai dan memahami budaya Sunda, sebagai upaya menjaga kelestarian identitas budaya di tengah tantangan budaya luar.”

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Bapak Arief Syaifudin, SH, M.Par., selain memberikan sambutan juga memberikan cenderamata khas sunda yakni Kacapi sebagai kenang-kenangan dan apresiasi kepada SMPN 43 Bandung.

Siswa-siswa tampak antusias berpartisipasi dalam berbagai pertunjukkan yang diadakan, walau cuaca panas cukup menyengat. Hal tersebut tidak menyurutkan semangat dan antusiasme siswa-siswa SMPN 43 Bandung.

Kepala Sekolah SMPN 43 Bandung Asep Ramdani, S.S., M.Hum menutup acara dengan menyampaikan manfaat kegiatan yang diadakan oleh SMPN 43 Bandung “Kegiatan ini ada berbagai manfaat, yang pertama sebagai wahana siswa untuk mengekspresikan hasil latihan selama ekskul, wujud Asesmen dan apresiasi, serta pelestarian budaya”

Dengan kegiatan ini, diharapkan akan tercipta sinergi antara dunia pendidikan dan pelestarian budaya, sehingga siswa dapat lebih mengenal dan mencintai warisan budaya mereka sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *